Jakarta, Indonesia, Oktober 13, 2014
—IFC, anggota Kelompok Bank Dunia membeli saham minoritas serta memberikan fasilitas pinjaman sebesar $280 juta dolar Amerika kepada perusahaan independen produser listrik PT Bajradaya Sentranusa (BDSN). Kesepakatan ini akan mendukung operasi jangka panjang Asahan 1, pembangkit listrik tenaga air berkekuatan 180 megawat di provinsi Sumatra Utara yang memasok listrik dengan energi terbarukan, berbiaya rendah serta terandalkan di negara yang sering didera padam listrik.
Kesepakatan pembiayaan ini terdiri dari pinjaman IFC sebesar $75 juta dolar Amerika beserta fasilitas pinjaman pararel dan sindikasi sebesar $205 juta dolar Amerika, bertujuan untuk meningkatkan kesinambungan keuangan BDSN sekaligus mengurangi ketergantungan Indonesia pada sumber-sumber bahan bakar tradisional. Kreditur pinjaman pararel adalah PT Indonesia Infrastructure Finance, lembaga pembiayaan swasta non-bank dibawah Kementrian Keuangan Republik Indonesia sementara kreditur pinjaman sindikasi terdiri dari KDB (Bank Pembangunan Korea), Maybank International Cabang Labuan, Natixis Cabang Singapura, Societe Generale, dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation.
“Dengan dukungan strategis dan pembiayaan dari IFC serta kreditur lainnya, kami berharap bisa memasok lebih banyak listrik tenaga air yang ramah lingkungan serta dengan harga terjangkau guna memenuhi kebutuhan listrik negara kita yang bertambah besar,” kata Adek Julianwar, Presiden Direktur BDSN.
Lebih dari seperempat penduduk Indonesia tidak tersambung ke jaringan listrik nasional, menyisakan sekitar 66 juta penduduk tanpa akses listrik; jaringan listrik di Sumatra menderita pemadaman listrik yang paling lama dibandingkan jaringan listrik di daerah-daerah lain di seluruh Indonesia. Enam puluh persen pasokan listrik Indonesia tahun 2012 berasal dari batubara dan minyak bumi, keduanya adalah bahan bakar pencemar yang mengeluarkan emisi karbon yang tinggi.
Investasi di BDSN adalah bagian dari strategi IFC membangun kemitraan jangka panjang di sektor energi terbarukan yang pada akhirnya menjadi motor pembangunan. Asahan 1, menggunakan aliran sungai secara alami sudah menghasilkan daya listrik berbiaya rendah sejak beroperasi bulan Januari 2011, dan sekarang menjadi andalan jaringan listrik regional di Indonesia. Penghematan akibat listrik yang dihasilkan oleh BDSN diperkirakan mencapai $250 juta per tahun berdasarkan perhitungan biaya produksi marginal di jaringan listrik Sumatra utara dengan menggunakan bahan bakar diesel dengan harga $0,30 sen per kilowatt.
“Kami bertekad mendukung perusahaan-perusahaan swasta seperti BDSN untuk memasok energi terbarukan berbiaya rendah yang bisa meningkatkan stabilitas pasokan listrik Indonesia,” ujar Country Manager IFC Indonesia, Sarvesh Suri. “Energi listrik bertenaga air dengan harga terjangkau akan membantu Indonesia memenuhi kebutuhan listrik yang semakin besar dan bisa diandalkan untuk mendorong pembangunan”.
Indonesia dengan perekonomian yang tumbuh pesat, jumlah penduduk muda yang besar dan total jumlah penduduknya terbesar keempat di dunia, sedang mengalami urbanisasi yang cepat dan ini menuntut kebutuhan listrik yang terus tumbuh. Pembangunan pembangkit listrik tenaga air sangat potensial di Indonesia karena hingga tahun 2012, hanya 11 persen dari total listrik di Indonesia berasal dari pembangkit listrik tenaga air.
Pemegang saham utama BDSN adalah Fareast Green Energy Pte. Ltd yang berkantor di Singapura dan PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB), anak perusahaan PT PLN (Persero), Badan Usaha Milik Negara Indonesia dan pemilik saham kunci sejak lahirnya BDSN.
Tentang IFC
IFC, anggota Kelompok Bank Dunia, merupakan institusi pembangunan global terbesar yang berfokus pada sektor swasta. Bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan swasta di lebih dari 100 negara, kami menggunakan modal, keahlian dan pengaruh kami untuk mengurangi kemiskinan dan mendukung kesejahteraan bersama. Pada tahun fiskal 2014, kami menyediakan pembiayaan lebih dari 22 miliar dolar Amerika untuk meningkatkan taraf hidup di negara-negara berkembang dan mengatasi tantangan pembangunan yang paling mendesak. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi
www.ifc.org