Jakarta, Indonesia, 16 Desember, 2009—
IFC, anggota Kelompok Bank Dunia, menandatangani Memorandum of Understanding dengan pemerintah propinsi Sulawesi Selatan, Indonesia, yang ditujukan pada upaya perbaikan iklim investasi pada industri kakao dan menciptakan lapangan pekerjaan.
Kerjasama antara IFC, pemerintah Australia, pemerintah Indonesia serta pemerintah propinsi Sulawesi Selatan selama 18 bulan ini akan membantu menetapkan prioritas reformasi guna mengurangi rintangan regulasi dan administrasi bagi petani kecil kakao, serta mempromosikan pemakaian standar-standar yang berkelanjutan untuk industri kakao tersebut. Upaya ini akan membantu mengidentifikasikan rintangan-rintangan yang dihadapi dalam melakukan reformasi, membantu mendukung pemerintah dalam menerapkan reformasi-reformasi tersebut, serta berbagi pengalaman akan informasi yang didapat dengan para pemangku kepentingan di bidang kakao pada wilayah-wilayah lain di seluruh Indonesia, dan juga pemangku kepentingan yang berkecimpung di bidang komoditas lainnya.
“Kami sangat senang dapat bermitra dengan IFC dan pemerintah Australia untuk memperbaiki iklim investasi kakao di Sulawesi Selatan,” jelas Bapak Syahrul Yasin Limpo, Gubernur propinsi Sulawesi Selatan.“Ini merupakan langkah yang penting dan bermakna dalam mempromosikan pertumbuhan berkelanjutan di industri kakao, dan yang paling penting adalah untuk memperbaiki taraf hidup dari banyak rumah tangga di pedesaan Sulawesi.”
Adam Sack, IFC Indonesia Country Manager, menyatakan: “Rintangan pada regulasi sering terindentifikasi sebagai halangan utama bagi para pelaku besar agribisnis untuk berhubungan langsung dengan para petani kecil kakao yang memberikan penghasilan dan penghidupan bagi ratusan ribu keluarga secara keseluruhan. Memperbaiki regulasi dan iklim usaha didalam agribisnis akan meningkatkan investasi di dalam sektor tersebut dan menciptakan lapangan kerja yang sangat dibutuhkan di pedesaan.”
Kerjasama ini didukung oleh
the Australia Indonesia Partnership’s Smallholder Agribusiness Development Initiative
untuk memperbaiki taraf hidup petani-petani kecil di pedesaan. Direktur program ini, Jacqueline L. Pomeroy, menjelaskan, “Kendala yang mencegah pertumbuhan dari industri kakao di Sulawesi Selatan cukup rumit. Oleh sebab itu, kerjasama dengan para pemangku kepentingan di industri ini sangat penting dalam memperbaiki dan meningkatkan daya saing, serta memperbaiki taraf hidup petani kecil di pedesaan.”
IFC merupakan satu-satunya institusi keuangan internasional yang memfokuskan diri khusus di sektor swasta yang merupakan motor penggerak dalam menciptakan pembangunan berkesinambung di negara-negara berkembang. Bersama International Bank for Reconstruction and Development, yang juga anggota Kelompok Bank Dunia, saat ini IFC sedang berupaya melakukan peningkatan dana agar dapat memperkuat kemampuannya dalam menciptakan peluang bagi masyarakat miskin di negara-negara berkembang – termasuk dengan mengimpmentasikan program reformasi yang memberikan manfaat bagi para petani kecil di Indonesia.
Tentang IFC
IFC, anak perusahaan Kelompok Bank Dunia, memberikan peluang bagi masyarakat untuk keluar dari kemiskinan serta memperbaiki taraf hidup mereka. IFC berusaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di negara-negara berkembang dengan cara memberikan pembiayaan ke sektor swasta, memobilisasi modal swasta, dan memberikan layanan pendampingan teknis serta mitigasi resiko kepada perusahaan dan pemerintah. Pada tahun fiskal 2009, total investasi IFC yang sebesar $14,5 milyar telah membantu menyalurkan dana pembiayaan ke negara-negara berkembang disaat krisis finansial terjadi. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi
www.ifc.org
.
Tentang Australia Indonesia Partnership
Melalui
Australia Indonesia Partnership
kedua negara berkomitmen untuk bekerja sama dalam mengurangi angka kemiskinan dan menjaga perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran regional. Dalam hal ini, meliputi usaha peningkatan taraf hidup petani kecil dan masyarakat lainnya yang berada di daerah terpencil.
Dukungan pembangunan di bidang ini bisalurkan oleh the Australian Agency for International Development
(AusAID)
dengan bekerja sama dengan Badan Perencanaan Nasional
(BAPPENAS).
Untuk keterangan lebih lanjut, kunjungi
www.ausaid.gov.au
.