Jakarta, Indonesia, 18 November, 2009
—IFC, anggota Kelompok Bank Dunia, meluncurkan Program Sustainable Forestry di Indonesia untuk mendukung pengembangan hutan tanaman pada lahan kritis guna mengurangi dampak perubahan iklim dan menciptakan lapangan pekerjaan di pedesaan.
Program Sustainable Forestry IFC diluncurkan hari ini dalam sebuah lokakarya yang bertujuan untuk mengatasi hambatan dan meningkatkan investasi guna mengembangkan hutan tanaman yang berkelanjutan. Lokakarya ini dihadiri oleh pejabat tinggi dari Departemen Kehutanan, perwakilan senior dari perusahaan kehutanan, serta organisasi non-pemerintah di sektor kehutanan.
Indonesia adalah negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia. Sekitar 85 persennya diakibatkan oleh perubahan dalam penggunaan lahan dan penebangan hutan. “Program ini merupakan bentuk komitmen IFC untuk mengurangi dampak emisi gas rumah kaca,” ungkap Adam Sack, Country Manager IFC untuk Indonesia. “Menciptakan hutan tanaman pada lahan kritis dapat menurunkan emisi gas rumah kaca, mengembalikan produktifitas lahan tersebut, dan menciptakan lapangan pekerjaan yang sangat dibutuhkan di pedesaan.”
Area hutan alam di Indonesia telah menurun drastis, sehingga menimbulkan tantangan perubahan iklim dan hambatan dalam mempromosikan tata kelola hutan lestari yang berkelanjutan. Saat ini, terdapat 96 juta hektar lahan kritis di Indonesia, delapan juta hektar diantaranya merupakan padang alang-alang. Program Sustainable Forestry di Indonesia bertujuan untuk mempromosikan praktek pengelolaan hutan yang berkelanjutan dengan cara membantu perusahaan untuk mengembangkan hutan tanaman pada lahan kritis secara berkelanjutan dan menguntungkan, serta mengurangi biaya yang umumnya dialami dalam pembangunan hutan tanaman tersebut.
Dalam lima tahun kedepan, program ini menargetkan untuk meningkatkan luas hutan tanaman pada lahan kritis sebesar 250.000 hektar, menciptakan lapangan pekerjaan bagi 90.000 orang di pedesaan, dan menurunkan emisi karbon minimum sebesar 90 juta ton.
Untuk mencapai target tersebut, program ini akan diterapkan melalui tiga langkah strategis, yaitu mengurangi emisi gas rumah kaca melalui pembangunan hutan tanaman pada lahan kritis secara komersial, meningkatkan kualitas iklim usaha guna meningkatkan investasi untuk pengembangan hutan tanaman, dan meningkatkan area hutan tanaman yang tersertifikasi.
IFC Advisory Services di Indonesia didukung oleh pemerintah Australia, Belanda, Selandia Baru, dan Swiss.
IFC adalah satu-satunya institusi keuangan internasional yang khusus berfokus pada pengembangan sektor swasta, yang merupakan penggerak pembangunan yang berkelanjutan di negara berkembang. IFC saat ini sedang berusaha untuk meningkatkan permodalan guna memperkuat kemampuannya dalam menciptakan peluang bagi masyarakat miskin di negara-negara berkembang, diantaranya dengan mendukung praktek pengelolaan hutan secara berkelanjutan di Indonesia.
About IFC
IFC, anggota Kelompok Bank Dunia, memberikan peluang bagi masyarakat untuk keluar dari kemiskinan serta memperbaiki taraf hidup mereka. IFC berusaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di negara-negara berkembang dengan cara memberikan pembiayaan ke sektor swasta, memobilisasi modal swasta, dan memberikan layanan pendampingan teknis serta mitigasi resiko kepada perusahaan dan pemerintah. Pada tahun fiskal 2009, total investasi IFC yang sebesar $14.5 milyar telah membantu menyalurkan dana pembiayaan ke negara-negara berkembang disaat krisis finansial terjadi. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi
www.ifc.org