Jakarta, 30 November 2018
— Kota-kota di pasar negara berkembang memiliki potensi untuk menarik lebih dari $ 29,4 triliun investasi terkait iklim di enam sektor utama sampai dengan tahun 2030, demikian menurut laporan terbaru IFC, bagian organisasi Bank Dunia.
Laporan ini menganalisis target perbaikan iklim kota dan rencana kegiatan di enam kawasan, mengidentifikasi peluang di sektor-sektor prioritas seperti bangunan ramah lingkungan, atau bangunan hijau, transportasi umum, kendaraan listrik, limbah, air, dan energi terbarukan. Laporan ini menyoroti pendekatan inovatif yang telah digunakan oleh kota-kota – seperti obligasi ramah lingkungan dan KPS (Kemitraan Pemerintah Swasta) – untuk menarik investor swasta dan membangun perkotaan yang berkesinambungan.
Dengan lebih dari separuh penduduk dunia saat ini tinggal di daerah urban, perkotaan mengkonsumsi lebih dari dua pertiga sumber energi dan menghasilkan lebih dari 70 persen emisi karbon dioksida secara global. Menurut Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), cara perkotaan mengatasi perubahan iklim akan menjadi penting bagi upaya untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius.
"Ada kebutuhan mendesak yang besar untuk perbaikan iklim – kita harus mengambil tindakan sekarang," kata CEO IFC Philippe Le Houérou. “Perkotaan adalah langkah berikutnya untuk investasi iklim, dengan adanya triliunan dolar peluang yang belum dimanfaatkan. Untuk mewujudkan janji kota-kota peduli iklim, sektor publik perlu melakukan reformasi yang bertujuan untuk menarik lebih banyak peran serta dari sektor swasta.”
Laporan ini mencakup penilaian rinci tentang peluang investasi iklim di enam kota sampel yang mencakup beragam geografi, luas wilayah, dan kepedulian terhadap iklim:
-
Jakarta
— Ibu Kota Indonesia mewakili hampir $ 30 miliar peluang investasi, terutama di gedung-gedung hijau (ramah lingkungan), kendaraan listrik, dan energi terbarukan.
-
Nairobi —
Ibu kota Kenya mewakili peluang investasi senilai $ 8,5 miliar, terutama untuk kendaraan listrik, transportasi umum, dan bangunan ramah lingkungan.
-
Mexico City
— Ibu kota Meksiko mewakili peluang investasi $ 37,5 miliar, terutama di gedung-gedung ramah lingkungan, kendaraan listrik, dan air perkotaan.
-
Amman
— Ibu kota Yordania mewakili peluang investasi senilai $ 12 miliar, khususnya di transportasi umum, bangunan ramah lingkungan, dan kendaraan listrik.
-
Rajkot
— Kota dengan pertumbuhan paling cepat ke-22 di dunia mewakili peluang investasi senilai $ 4 miliar, terutama dalam kendaraan listrik, transportasi umum, dan bangunan ramah lingkungan.
-
Belgrade
— Ibu kota Serbia mewakili peluang investasi senilai $ 5,5 miliar, terutama di gedung-gedung ramah lingkungan, transportasi umum, dan air di perkotaan.
Secara global, bangunan ramah lingkungan akan berpeluang investasi perbaikan iklim di perkotaan senilai $ 24,7 triliun. Potensi investasi yang signifikan dapat dihasilkan dari transportasi rendah karbon seperti transportasi umum hemat energi ($ 1 triliun) dan kendaraan listrik ($ 1,6 triliun). Pada saat yang sama, energi ramah lingkungan ($ 842 miliar), air ($ 1 triliun), dan limbah ($ 200 miliar) tetap merupakan komponen penting dari pembangunan kota yang berkelanjutan.
"Dengan perkiraan pesatnya peningkatan urbanisasi di Asia, akan ada ada lebih banyak kesempatan untuk transisi ke kegiatan rendah karbon, yang menyumbang bagian besar dari PDB di wilayah tersebut," kata Direktur Regional IFC untuk Asia Timur dan Pasifik, Vivek Pathak. “Di Jakarta, ada peluang investasi senilai lebih dari $ 30 miliar, terutama dalam gedung-gedung ramah lingkungan, kendaraan listrik, dan energi terbarukan. Laporan itu menunjukkan kota-kota besar di Asia juga memiliki potensi yang cukup besar untuk investasi yang mengurangi emisi karbon.”
Azam Khan, Country Manager untuk Indonesia, Malaysia dan Timor Leste, mengatakan, “IFC menawarkan layanan investasi, konsultasi, dan manajemen aset untuk mendorong keterlibatan sektor swasta yang akan dibutuhkan untuk menunjang peluang investasi iklim di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.”
Laporan ini memperkirakan potensi investasi bangunan ramah lingkungan di Jakarta adalah $ 16 miliar; dalam limbah sebesar $ 725 juta; transportasi umum sebesar $ 660 juta; energi terbarukan sebesar $ 3 miliar; air bersih sebesar $ 3 miliar dan kendaraan listrik sebesar $ 7 miliar.
Oswar Mungkasa, Deputi Gubernur Jakarta untuk Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan, mengatakan, “Salah satu ambisi utama kami adalah menjadikan kota Jakarta lebih bersih — dan kami dapat mengatasi ini dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah melalui bangunan ramah lingkungan. Peraturan wajib untuk kode bangunan ramah lingkungan disahkan beberapa tahun yang lalu, yang akan membantu mengurangi konsumsi energi dan air secara substansial. Karena peraturan ini, penghematan biaya energi berpotensi mencapai $ 90 juta per tahun. Kami ingin Jakarta dikenal sebagai kota yang unggul untuk bangunan ramah lingkungan, dan akan menarik minat sektor publik dan swasta untuk mewujudkan hal ini, serta masyarakat dan warga setempat.”
Mengatasi perubahan iklim merupakan prioritas strategis untuk IFC. Sejak tahun 2005 IFC telah menginvestasikan senilai $ 22,2 milyar dalam bentuk pendanaan jangka panjang dari dana IFC sendiri dan memobilisasi $ 15,7 milyar lainnya melalui kemitraan dengan investor untuk proyek-proyek yang terkait dengan iklim. Laporan terbaru tersebut adalah bagian dari seri laporan Peluang Investasi Iklim yang diprakarsai oleh IFC pada tahun 2016.
Menurut laporan ini, perencanaan, kebijakan, dan proyek kawasan Asia Pasifik memiliki potensi investasi peduli iklim tertinggi di dunia, dengan peluang terbesar di gedung ramah lingkungan yang diperkirakan mencapai $ 17,8 triliun pada tahun 2030.
Tentang IFC
— bagian organisasi dari Bank Dunia dan anggota Kelompok Bank Dunia - adalah lembaga pembangunan global terbesar yang berfokus pada sektor swasta di pasar negara berkembang. Kami bekerja dengan lebih dari 2.000 bisnis di seluruh dunia, menggunakan modal, keahlian, dan pengaruh kami untuk menciptakan pasar dan peluang di area tersulit di dunia. Pada tahun fiskal 2018, kami menyerahkan lebih dari $ 23 miliar dalam bentuk pembiayaan jangka panjang untuk negara-negara berkembang, memanfaatkan kekuatan sektor swasta untuk mengakhiri kemiskinan ekstrim dan meningkatkan kesejahteraan bersama. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi
www.ifc.org
Tetap Terhubung
|